Cara menulis prompt AI yang efektif bisa dilakukan jika kamu pandai mengkomunikasikan tujuan, keinginan, dan segala hal yang kamu pikirkan ketika menggunakan tools AI. Namun, tak semua orang pandai mengungkapkan keingintahuan atau rasa penasarannya pada AI secara detail melalui tulisan, sehingga informasi atau jawaban yang diperoleh dari teknologi canggih tersebut dianggap kurang relevan, kurang akurat, dan jauh dari sempurna.
Tetapi, jangan khawatir! Supaya kamu tidak asal mengetik dan membuat prompt AI yang hasilnya jauh dari konteks pertanyaan, perhatikan beberapa hal di bawah ini yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat menggunakan Tools AI!
Bagaimana Seharusnya Membuat Prompt AI?
Sebenarnya tidak ada aturan baku mengenai penulisan prompt AI, akan tetapi sama halnya dengan manusia, semua hal yang dibicarakan maupun ditanyakan memerlukan konteks spesifik agar mudah dipahami lawan bicara serta dapat direspon dengan tepat.
Hal ini juga berlaku pada tools AI seperti ChatGPT, DeepSeek, Perplexity, Gemini, Bing AI, dan sebagainya. Jika kamu memberikan pertanyaan dan perintah yang spesifik, makin relevan pula jawaban yang kamu peroleh dari tools AI tersebut. Selain itu, karena bahasa tools AI terkadang masih terkesan tidak natural, terlalu robotic, tidak emosional, dan kaku, kamu perlu memberikan beberapa sentuhan yang membuatnya terlihat seperti seorang manusia.
Lantas seperti apa tipe prompt AI yang bisa membuat tools AI memberikan jawaban yang relevan, 95% akurat, dan sesuai ekspektasi penggunanya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kamu bisa melihat contoh perbedaan hasil generate ChatGPT lewat penulisan prompt AI ini:
- Contoh penulisan prompt AI yang tidak direkomendasikan
“Hai. Tolong jelaskan dampak minum kopi bagi tubuh seseorang”
- Contoh penulisan prompt AI yang tepat dan efektif menggunakan ChatGPT
“Hai. Aku seorang researcher dan kebetulan punya beberapa teman punya asam lambung yang aktif minum kopi setiap hari, sampai beberapa dari mereka sempat merasakan badannya tidak nyaman. Bisa dijelaskan
- Dampak minum kopi bagi tubuh seseorang yang memiliki asam lambung
- Bagaimana mengatasinya
- Apakah harus pergi ke dokter?”
Contoh pertama sangat umum dan ChatGPT memberikan jawaban biasa yang terlalu datar. Sedangkan, contoh kedua cukup jelas meskipun simple. Hal ini dikarenakan pengguna memperkenalkan diri dengan menyebut profesinya (persona) pada contoh kedua ditambah mengungkapkan permasalahan yang spesifik yang ingin ia ketahui sekaligus penyelesaiannya. Dengan begitu, ChatGPT juga memberikan informasi sesuai ekspektasi atau kebutuhan pengguna berdasarkan konteks yang dibahas.

Menggunakan persona atau karakter/profesi saat menggunakan ChatGPT sangat berguna untuk membuat hasil generate AI lebih tepat sasaran dan punya kesan yang realistis layaknya seperti jawaban manusia yang ahli dalam bidang tertentu.
Mengapa begitu? Persona akan memudahkan tools AI dalam merespon prompt yang kamu buat. Mulai dari memberikan pemaparan dengan pendekatan sesuai usia pengguna, menafsirkan target audience yang diinginkan pengguna, pemilihan gaya bahasa, hingga meningkatkan kualitas tulisan.
Saat kamu menggunakan persona sebagai murid SMA, pasti ChatGPT akan memberikan jawaban dengan bahasa yang mudah dicerna dan dipahami oleh anak-anak remaja. Begitu pula jika kamu meminta ChatGPT berperan sebagai Guru Biologi Gen Z, pasti alat tersebut akan menjelaskan dengan pemaparan ala anak muda yang lebih mudah dipahami.
Berikut contoh prompt yang menggunakan persona sebagai anak SMA Gen Z dan ingin gurunya menyampaikan pelajaran dengan bahasa anak Gen Z, sehingga lebih gaul dan mudah dimengerti:
“Hai. Aku seorang murid SMA dan merupakan Gen Z. Ada hal yang harus kupelajari dan aku butuh kamu sebagai:
- Guru geografi kelas IPS yang bisa menjelaskan dengan bahasa yang sederhana, mudah dipahami, dan menggunakan bahasa anak Gen Z
- Guru yang mampu menerangkan dampak mencairnya es di kutub bagi makhluk hidup di seluruh dunia
- Guru yang bisa memberikan masukan dan hal yang dapat kita lakukan sebagai generasi penerus agar es di kutub tak mudah mencari“
Dan inilah contoh jawaban dari ChatGPT jika menggunakan prompt di atas:
Hal ini juga berlaku ketika kamu menggunakan persona sebagai seorang expert atau ahli, kemungkinan besar ChatGPT akan menampilkan hasil informasi yang menggunakan bahasa ilmiah tertentu, lebih kompleks, tetapi juga jelas.
Contoh prompt yang menggunakan persona sebagai barista, si ahli pembuat berbagai resep kopi:
“Sekarang saya adalah seorang barista kopi yang sudah bekerja selama 7 tahun, ahli dalam membuat berbagai resep kopi. Namun belakangan saya mendapatkan tantangan baru untuk memahami:
– Apa itu mixtealogy
– Mengapa penting mempelajarinya sebelum membuat aneka resep minuman segar tersebut?
– Apa saja contoh minuman dari mixtealogy ini?“
Lihatlah hasil jawaban ChatGPT menggunakan persona sebagai ahli atau profesi tertentu:
Dari kedua contoh prompt di atas, kamu bisa merasakan perbedaan bagaimana ChatGPT menjelaskan konteks sesuai dengan persona penggunanya, bukan?
Jadi, bagaimana struktur prompt AI yang direkomendasikan dan seharusnya dibuat oleh pengguna?

- Tulis persona atau karakter dasar yang ingin kamu ciptakan (profesi, posisi/jabatan, tokoh, dan sebagainya). Misalnya: Aku seorang beauty influencer gen z
- Tulis pertanyaan atau informasi yang ingin kamu dapatkan dari AI
- Berikan keterangan mengapa perlu informasi tersebut
- Target pembaca (usia/kalangan dari mana)
- Panjang tulisan (Misalnya hanya butuh 500 kata saja)
- Gaya bahasa yang diinginkan (Formal, informal, gaul, dan sebagainya)
- Format tulisan (Artikel, essay, presentasi, dan lain-lain)
- Apa yang sebaiknya tidak dimunculkan oleh AI
Dari sini, kamu sudah mulai paham perbedaan kedua penulisan prompt AI tersebut, ya? Sekarang mari bahas beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat pakai Tools AI.
Hal yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan saat Pakai Tools AI
Menggunakan AI sama seperti berbicara dengan manusia, meski teknologi ini terus dikembangkan agar memberikan hasil yang akurat, akan tetapi penggunaannya juga perlu arahan dari manusia sebagai pengguna. Singkatnya, kamu perlu menghindari kesalahan umum dan harus senantiasa mengembangkan ide-ide kreatif serta eksploratif.
Kesalahan umum tersebut tentunya akan berdampak terhadap respon dan jawaban AI, sehingga kamu perlu memahami beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat membuat prompt AI agar tidak terjebak dalam pembahasan yang terlalu sempit dan tetap fokus pada konteks pembahasan

1. Hal yang Boleh Dilakukan saat Pakai Tools AI
1.1. Menjelaskan tujuan pembuatan prompt
Menjelaskan tujuan kamu menulis prompt, bukan lagu hal yang boleh dilakukan, tetapi memang sangat dianjurkan agar AI dapat memberikan jawaban sesuai konteks yang kamu inginkan. Bukan hanya itu, dengan menulis tujuan pembuatan prompt, hasil generate AI juga lebih relevan, spesifik, jawaban lebih masuk akal, dan tingkat akurasinya juga tinggi.
Contoh prompt dengan tujuan yang jelas:
“Hai. Aku mau tanya dong! Iran memutuskan menutup Selat Hormuz dan keputusan ini akan berimbas pada harga minyak dunia. Tapi tidak hanya itu, beberapa trader saham juga katanya terkena imbasnya. Aku mau tahu,
- Apakah ini juga berdampak pada perekonomian dalam negeri Indonesia?
- Tujuan aku bertanya ini, karena kondisi ekonomi dalam negeri sedang lesu dan daya beli masyarakat juga sedang menurun.
- Tolong jelaskan dengan bahasa sederhana atau bahasa bayi yang mudah dipahami orang awam ya“
Baca Juga
Hasil generate AI dari pernyataan di atas bisa kamu lihat di sini.
1.2. Memilih dan menentukan gaya bahasa dan tone yang mau ditampilkan oleh AI
Saat menulis prompt, kamu diperbolehkan untuk menentukan gaya bahasa dan tone yang diinginkan. Hal ini bertujuan agar cara menjawab atau respon AI terhadap pertanyaan kamu benar-benar sesuai ekspektasi. Gaya bahasa bisa formal, informal, campuran antara baku dan tidak baku, dan sebagainya, sedangkan tone berupa panggilan, seperti saya, Anda, kamu, aku, dan lain-lain.
Misalnya saja, konteks pembahasan seputar kesehatan dan target pembacanya adalah orang tua, rekomendasi gaya bahasa yang tepat saat menulis prompt adalah formal dengan tone “Anda”. Namun jika target pembacanya merupakan Gen Z, sebaiknya kamu menggunakan gaya bahasa informal atau santai dengan tone “kamu” supaya terkesan lebih akrab dengan pembaca.
1.3. Meminta revisi, rework, parafrasa, hingga penyederhanaan pembahasan supaya lebih mudah dicerna dan dipahami
Sebagai pengguna tools AI, kamu juga diperbolehkan untuk memintanya merevisi, rework (mengerjakan ulang), atau melakukan parafrasa atas jawaban maupun informasi yang mereka hasilkan apabila masih kurang lengkap, kurang dalam, dan penggunaan bahasanya terlalu robotic (Terlihat hasil ketikan mesin)
1.4 Jumlah kalimat prompt bisa lebih dari 200 kata sesuai dengan detail yang diinginkan pengguna
Tahukah kamu? Setiap pengguna yang ingin mencari jawaban, informasi, atau ideasi dari AI dapat membuat prompt sepanjang mungkin sesuai dengan detail yang diinginkan. Tak hanya 100-200 kata, kamu bahkan dapat menulis prompt hingga 300-400 kata sesuai keperluan, apalagi jika ingin membuat prompt untuk menghasilkan gambar AI yang realistis dan tidak ada kecacatan sedikit pun di dalamnya.
Contoh prompt 200-300 kata untuk membuat suatu gambar pemandangan di Pegunungan Himalaya menggunakan Gemini:
“Hai. Aku butuh gambar untuk feature image artikel tentang tujuan Wisata ke Nepal. Sebagai seorang penyedia foto, aku minta kamu untuk membuat sebuah gambar pemandangan alam Pegunungan Himalaya yang sangat indah dan realistis dalam tampilan panorama lebar, diambil dari sudut pandang tinggi di atas gunung saat matahari terbit dengan rincian berikut:
- Gunung-gunung bersalju yang megah, termasuk Gunung Everest, terlihat menjulang dengan puncak-puncaknya yang disinari cahaya lembut berwarna keemasan dan jingga muda dari mentari pagi.
- Ada kabut tipis naik perlahan dari lembah di bawah, menciptakan suasana tenang dan magis.
- Di bagian depan gambar, tampak jalan setapak berbatu yang dihiasi deretan bendera doa Tibet berwarna-warni yang berkibar tertiup angin, memberikan nuansa spiritual dan budaya khas pegunungan tinggi.
- Terdapat pohon pinus dan bunga-bunga liar khas dataran tinggi seperti bunga poppy biru dan edelweiss yang tumbuh di lereng gunung, diterangi cahaya pagi yang lembut.
- Di kejauhan tengah, terlihat sebuah biara kecil khas Himalaya yang terbuat dari batu dan kayu, berdiri di tepi tebing dan sebagian tertutup kabut.
- Beberapa ekor yak sedang merumput di padang rumput kecil yang terbuka.
- Lebih ke bawah, aliran sungai dari gletser tampak berkelok dan berkilau dengan warna biru es, mengalir di antara bebatuan tajam.
- Langit di atas bersih, bergradasi warna pastel dari ungu muda dan peach di dekat cakrawala hingga biru cerah di bagian atas, dihiasi sedikit awan cirrus tipis.
- Suasana gambar ini harus tenang, suci, dan memukauâmenampilkan keindahan liar dan tak tersentuh dari kawasan Himalaya. Tampilkan kontras yang kuat antara bayangan dan cahaya untuk menciptakan kedalaman, dan buat tekstur salju, tebing batu, serta aliran air tampak sangat detail dan nyata.
- Gambar dibuat 100% realistis dan berbentuk horizontal“
Dan inilah hasil gambarnya:

1.5 Tambahkan file sebagai referensi atau sumber yang dikehendaki pengguna
Selain meminta revisi dan parafrasa atas jawaban yang diberikan AI, kamu juga bisa menambahkan output sebagai sumber referensi untuk membuat hasilnya makin relevan dengan tema/topik pembicaraan yang kamu inginkan. Meskipun tools AI terkenal pintar dalam memberikan jawaban, akan tetapi alat ini tidak sepenuhnya mampu menghasilkan output jawaban yang diharapkan oleh penggunanya. Oleh karena itu, menambahkan sumber atau referensi berupa URL website, gambar, dokumen, dan sebagainya justru akan membantu kamu mendapatkan jawaban dari AI yang benar-benar mendekati ekspektasi.
Contoh penambahan referensi berupa gambar di ChatGPT agar penggunakan mendapatkan informasi yang lebih akurat dan relevan:
“Hai. Aku mau bertanya makna filosofis yang tersirat dari gambar itu dong. Jadi konteksnya begini, seorang penulis mengunggah gambar tersebut untuk memberikan clue pada penonton tentang Back Story salah satu karakter Asmara Gen Z yang bernama Rose. Rose ini didefinisikan sebagai bunga yang tumbuh dalam ruang kegelapan, bukan sesuatu yang lembut. Nah, di film ini sosok Rose saat ini memulai hidup baru dengan nama Zara yang memililki kepribadian berbeda dari sosok Rose sebelumnya. Dia tidak memiliki DID maupun Alter ego, tetapi conscious suppression identity, yang mana kepribadian/karakter tersebut dibentuk atas paksaan sang ayah karena ingin melihat putrinya aman dari incaran keluarga mereka yang memburu anak-anak pintar. Rose punya kepribadian yang dingin, peka terhadap orang2 di sekitarnya bahkan dia bisa tahu ada orang yang menguntitnya meski tidak mendengar suara langkah kaki orang tersebut, dan Rose juga pintar sekaligus mudah mengerti tentang peristiwa, dan dia sulit menitihkan air mata. Sementara Zara merupakan sosok yang ceroboh, kurang awas (mudah jatuh), lembut, dan mudah menangis. Nah, kalau dari gambar tersebut, kira-kira penulis ingin menyampaikan apa?“
Hasil deksripsi dari ChatGPT tentang karakter tersebut benar-benar 95% akurat dan sesuai dengan penokohan yang dimunculkan baru-baru ini oleh penulis.
1.6. Menambahkan foto untuk minta edit
Sama seperti merevisi, rework, dan parafrasa paragraf, kamu bisa meminta AI untuk editing foto supaya sesuai dengan keinginan pengguna. Tentunya untuk edit foto tersebut, kamu juga harus membuat sebuah prompt.
Misalnya pada foto iced brown coffee latte ini, kamu ingin backgroundnya berwarna setengah ivory, setengah kuning pastel. Kemudian tambahkan makanan pendamping kopi di sebelahnya agar foto lebih menggoda. Nah, kamu bisa membuat prompt seperti ini:
Dan inilah hasil https://g.co/gemini/share/30cd816a5bde lewat prompt yang kamu tulis sebelumnya!

2. Hal yang Tidak Boleh Dilakukan saat Pakai Tools
2.1. Menyalin seluruh informasi yang diberikan AI tanpa kroscek kebenarannya
Perlu kamu ketahui bahwa jawaban maupun informasi yang diberikan oleh AI belum 100% akurat dan benar adanya, karena basis data yang mereka miliki terbatas oleh waktu. Selain itu, AI juga menghasilkan informasi yang bersifat probabilistik, bukan faktual yang artinya data yang tersebut mereka kumpulkan dan dipelajari kemudian diberikan pada pengguna AI, sehingga jawaban yang kamu dapatkan dari AI terkesan sangat meyakinkan, tetapi kemungkinan besar masih salah dan terdengar ngaco.
Singkatnya, AI tidak dapat menggantikan peran para pakar, ilmuwan, orang-orang dengan profesi tertentu, dan lainnya. Jadi, saat kamu menggunakan AI, tidak diperbolehkan langsung copy paste jawaban tersebut tanpa memvalidasi kebenaran informasinya terlebih dahulu. Apalagi jika informasi yang kamu ambil akan dipublikasikan dan dibaca banyak orang.
Untuk membuktikannya, kamu bisa lihat contoh hasil generate ChatGPT ini tentang sejarah Kopi Kintamani Bali yang ternyata kurang akurat dan kurang tepat.
Padahal menurut buku Verslag over de Koffiecultuure in Amerika, Ezie en Africa (1885), Kopi Arabika yang ditanam di daerah Kintamani Bali sudah ada sejak abad ke-19, bukan awal abad ke-20.
Dari sini, kamu harus berhati-hati saat menyalin informasi dari AI, karena jawabannya belum tentu akurat dan valid, sehingga perlu melakukan kroscek ulang dan menelusuri kebenarannya. Bagaimana cara memeriksa keabsahan informasi yang dihasilkan oleh AI? Kamu bisa menggunakan fitur Deep Research atau gunakan beberapa cara cepat cek akurasi AI di sini.
2.2. Menggunakan AI untuk kecurangan akademik
Kecurangan akademik masih sering terjadi dalam dunia pendidikan. Salah satu contohnya adalah penggunaan AI untuk menyelesaikan tugas akhir, essai, hingga skripsi. Padahal teori yang ditulis dalam karya tulis tersebut harus didasarkan pada penemuan atau penelitian para ahli melalui sebuah jurnal dan buku. Mengapa demikian? Karena segala dasar teori yang dijadikan sebagai pendukung penelitian harus dapat dipertanggungjawabkan, sementara tools AI terutama seperti ChatGPT, Gemini, dan Perplexity tidak memiliki dasar pertanggungjawaban yang kuat.
Walaupun niat kamu ingin menggunakan tools AI untuk mempermudah tugas dan pekerjaan, tetapi sebaiknya kenali beberapa batasannya, seperti:
- Gunakan AI hanya untuk ideasi atau membantumu mencari ide, kemudian ide-ide tersebut harus kamu kembangkan sendiri
- Membantumu untuk merancang penelitian, seperti menentukan tema penelitian, menetapkan jumlah bab, mencari daftar sumber yang akan dijadikan rujukan penelitian, dan sebagainya.
- Meringkas hasil literatur yang kamu kumpulkan dan pastikan kamu sudah membaca seluruh tiap bab/halaman literatur tersebut untuk agar memudahkan proses pemeriksaan saat rangkuman selesai dibuat oleh AI
- Memeriksa adanya typo atau kesalahan dalam menulis hasil penelitian maupun karya tulis ilmiah
- Jangan gunakan AI untuk mengutip referensi palsu yang padahal ketika link tersebut diklik ternyata palsu atau fiktif
- Tidak diperbolehkan mencantumkan data kuantitatif maupun kualitatif yang diambil dari tools AI, baik itu jumlah data dari laporan tertentu, wawancara, observasi, dan lain-lain.
2.3. Menjadikan AI sebagai pengganti psikolog untuk konsultasi atau profesional lainnya
Salah satu tren AI yang sedang digemari oleh millennial dan Gen Z adalah memanfaatkan kemampuan tools AI untuk menanggapi curahatan hati atau masalah yang sedang dihadapi oleh penggunanya. Tak sedikit anak muda yang saat ini memilih untuk mengungkapkan perasaannya dengan AI karena merasa mendapatkan tanggapan yang lebih memuaskan dan sesuai dengan apa yang mereka keluhkan.
Pilihan ini tentu berbeda ketika seseorang bercerita kepada temannya atau orang lain, yang kadang malah memunculkan trust issue, karena alih-alih didengarkan justru yang terjadi adalah momen “adu nasib” atau banding-membandingkan penderitaan satu sama lain. Tak heran kalau banyak orang memilih berbagi perasaan dan emosinya dengan AI karena dinilai tidak judgmental.
Tren ini terus berkembang sampai muncul guyonan (meme) yang menggambarkan hubungan psikologis seseorang dengan ChatGPT sebagai psikolog atau therapist.
Walaupun terkesan lucu, akan tetapi kebiasaan ini dapat berdampak pada mental dan emosional seseorang apabila diteruskan dalam jangka waktu lama, yang berimbas pada sikap ketergantungan terhadap tools AI tersebut.
Perlu kamu ketahui, tools AI tidak memiliki emosi maupun perasaan seperti manusia sebagai makhluk hidup, sehingga tidak mampu membangun kelekatan, komunikasi dua arah secara langsung, memeriksa kondisi fisik, melakukan pengamatan sempurna, mendeteksi komplikasi, serta pemahaman yang lebih dalam terhadap seseorang layaknya psikolog/psikiater. Ini berarti, jika kamu memiliki masalah yang berkaitan dengan mental dan jiwa, sebaiknya tidak melakukan self-diagnose lewat tools AI. Sebab, dampak self-diagnose yang diperoleh dari tools AI akan memunculkan rasa cemas yang berlebih atau justru menundamu untuk berobat. Kenapa? Karena tools AI tidak dapat melakukan serangkaian uji prosedur kesehatan dalam memeriksa pasien, baik sakit fisik maupun mental.
Jadi, sebaiknya gunakan tools AI untuk menanggapi masalah ringan atau apa pun yang tidak memerlukan pemeriksaan dengan psikolog/psikiater/dokter/terapis dan lain-lain.





Leave a Reply