AI dikenal sebagai salah satu penemuan tercanggih di dunia teknologi, karena keberadaannya dapat digunakan untuk berbagai macam kebutuhan dan keinginan setiap penggunanya.
Sebut saja mulai dari menjawab berbagai pertanyaan, memberikan contoh ideasi, pengembangan topik, menghasilkan sebuah gambar, hingga digunakan sebagai alat riset bagi sebagian orang.
Riset adalah kegiatan yang tersistematis dan terstruktur untuk mencari, menemukan, dan menganalisis informasi maupun data tertentu guna mendapatkan jawaban yang akurat atau memecahkan masalah yang sedang diteliti.
Berbeda dengan mencari informasi pada umumnya, riset harus dilakukan secara hati-hati, menyertakan referensi atau sumber yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya, dan dianalisis berdasarkan data, bukan sekadar opini sepihak.
Jika kamu mau melakukan deep research atau riset mendalam menggunakan AI, sangat disarankan untuk mengoptimalkan teknik prompting dan menggunakan fitur deep research seperti yang tersedia di Gemini.
Berikut penjelasan, metode, dan contoh teknik prompting AI untuk penelitian mendalam (deep research) kamu!
Cara Riset Pakai AI

Riset umumnya dilakukan oleh akademisi, profesional, content writer, content creator, dan lain-lain untuk menemukan informasi yang didasarkan pada sebuah fakta serta penelitian, sehingga kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan di hadapan publik maupun untuk kepentingan diri sendiri.
Nah, orang-orang yang melakukan riset dengan mengumpulkan informasi dan data lewat internet biasanya akan menentukan sejumlah langkah, seperti memetakan topik, mengumpulkan referensi, menganalisis, dan sebagainya. Hal yang sama juga berlaku ketika menggunakan AI sebagai alat riset.
Perbedaannya adalah pada metode yang digunakan. Jika riset manual memakan waktu yang lebih banyak karena harus mencari data satu per satu dengan kata kunci berbeda, maka riset dengan teknik prompting jauh lebih efektif dan efisien.
Inilah tips teknik prompting untuk riset mendalam pakai AI:
1. Gunakan Prompting Bertingkat (Layered Prompting)
Jika sebelumnya kamu sudah belajar apa itu prompt dan cara menyusun prompt yang detail, maka dalam konteks riset kali ini, kamu akan belajar teknik prompting bertingkat (layered prompting).
Apa itu prompting bertingkat? Adalah metode atau teknik menyusun prompt secara bertahap, terstruktur, dan dimulai dari konteks paling umum hingga mengerucutkan pembahasan ke dalam tingkat spesifik.
Tujuan membuat prompt bertingkat yakni untuk mendapatkan informasi yang benar-benar akurat, detail, jelas, dan relevan dari AI sesuai kebutuhan pengguna. Namun seperti halnya sedang berdiskusi dengan seorang guru atau dosen, untuk memperoleh jawaban yang lebih ‘dalam’ dari AI, kamu perlu mengajukan pertanyaan secara bertahap bahkan meminta verifikasi informasi secara berulang kalau memang sangat diperlukan.
Misalnya saja, mulai dari:
Eksplorasi topik > masuk ke sub topik pembahasan > menggali informasi dan mulai melakukan analisis > meminta referensi sebagai sumber yang dapat dipertanggungjawabkkan.

2. Cek Sumber Referensi yang Ditunjukkan oleh AI
Salah satu tips dalam menggunakan tools AI untuk riset adalah tidak langsung copy-paste tanpa memeriksa keaslian sumber yang dicantumkan. Terutama bagi kamu yang menggunakan tools seperti ChatGPT, Perplexity, Gemini, atau DeepSeek.
Jadi sebelum lanjut ke langkah selanjutnya, kamu perlu mengecek sumber referensi yang dimunculkan oleh AI dalam bentuk link atau anchor text disertai link tertentu. Apabila link tersebut dapat diakses bahkan diunduh dan menunjukkan konteks pembahasan sesuai dengan pertanyaan riset kamu, silakan melanjutkan langkah ketiga yakni meringkas informasi yang telah berhasil dikumpulkan lewat AI.
Baca Juga
3. Upload File dan Minta AI untuk Merangkumnya
Terkadang sumber referensi yang direkomendasikan oleh AI berjumlah lebih dari satu, bukan? Bahkan bisa mencapai 5-10 referensi, baik dalam bentuk jurnal, penelitian, karya ilmiah, dan sebagainya dengan format PDF maupun doc.
Membaca satu per satu tentu saja akan membutuhkan banyak waktu dan tenaga, sehingga kamu perlu mempermudahnya dengan cara mengunggah file referensi tersebut lewat fitur attachment file yang ada di tools AI dan meminta untuk meringkas pokok pembahasan, membandingkan, hingga menganalisis dari sudut pandang persona AI yang kamu instruksikan sebelumnya.
Setelah AI selesai merangkumnya, ambil dan simpan poin penting atau pokok pembahasan yang kamu butuhkan dari sumber referensi tersebut untuk dianalisis kembali.
4. Buat Prompt untuk Proses Evaluasi
Sebagian besar riset mendalam butuh analisis ekstra untuk menentukan data/informasi tersebut valid atau tidak. Jadi dengan membuat prompt evaluatif tersebut, artinya kamu memberikan instruksi pada AI untuk mengkritisi, menganalisis, dan menilai secara tajam jurnal yang sedang dibahas.
Tujuan prompt evaluatif seperti ini untuk membuka dan mengembangkan desain berpikir pengguna yang sedang meneliti sesuatu. Bukan hanya itu saja, prompt evaluatif juga dapat kamu manfaatkan untuk mengungkap bias pada hasil analisis AI sebelumnya.
Kenapa bisa terjadi bias? Karena terkadang AI tidak mampu memberikan jawaban yang konsisten, sehingga bisa berubah-ubah sewaktu pengguna meminta verifikasi berulang. Hal ini disebabkan oleh cara AI dalam mengumpulkan data dari manusia yang dianggap tidak netral, kurangnya data representatif, dan AI tidak mengenal etika.
Nah, dari empat langkah di atas, sekarang saatnya menjajal riset pakai tools AI untuk mengetahui seberapa ampuh alat ini untuk riset.
Contoh Riset Pakai AI
Tools AI seperti ChatGPT dapat kamu gunakan untuk mencari data atau informasi tertentu sesuai dengan instruksi atau pertanyaan yang diajukan.
Namun perlu dicatat, meskipun tools AI dikenal cukup powerful kamu tetap harus berhati-hati dan wajib mengecek kebenaran data dan informasi yang dihasilkan oleh AI.
Berikut contoh riset menggunakan ChatGPT dan hasilnya:
“Aku pembeli dan pencinta matcha yang masih newbie. Karena jajan matcha boros, aku mau bikin sendiri di rumah. Jadi tolong sediakan informasi tentang:
- daftar harga matcha powder yang terjangkau dengan harga di bawah 100 ribu
- pilih pure matcha
- harga alat untuk membuat matcha”



Sekarang mari periksa kebenaran informasi atau data yang disajikan oleh ChatGPT. Apakah semuanya benar?
- Pada rekomendasi pertama,ChatGPT memberikan informasi yang sangat meragukan dan kurang tepat. Mengapa? pure matchaceremonial grade dikenal sebagai bubuk matcha asli dengan harga yang paling mahal dibandingkan culinary grade. Per 50 gram matcha culinary grade rata-rata harga jualnya 80-90 ribuan. Jika berat matcha ceremonial grade 100 gram, harusnya harga yang ditawarkan sekitar 180 ribuan, bukan?
- ChatGPT kurang membantu pengguna, karena tidak memberikan rekomendasi dari marketplace yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia seperti Shopee dan Tokopedia sebagai opsi pertama.
- Pada screenshoot kedua, ChatGPT merekomendasikan produk matcha powder, sayangnya gambar produk pertama tidak termasuk pure matcha powder. Ditambah lagi, ChatGPT tidak merekomendasikan pure matcha powder dari brand yang kebanyakan digunakan oleh masyarakat, seperti Hays, Homelab, Pikulabs, dan sebagainya. Jadi, bisa dikatakan informasi ChatGPT kurang akurat dan relevan.
- ChatGPT kurang to the point. Sebab, saat merekomendasikan chasen (Alat pengaduk matcha powder yang terbuat dari bambu), tool AI ini memberikan informasi rentang harga 24-120 ribu. Padahal harga chasen bambu sebenarnya berkisar 50-120 ribu tergantung tipe. Jadi data yang diberikan cenderung dalam kategori ‘aman’ bukan tepat, sehingga membuat pengguna bingung.
Lantas, bagaimana cara mendapatkan data dan informasi lebih akurat pakai Tool AI? Kamu bisa menggunakan riset agent seperti Perplexity atau ChatGPT Pro.





Leave a Reply